Selasa, 18 Januari 2011

Computer Assisted Instruction (CAI)



BAB I
PENDAHULUAN






1.1      Latar Belakang
Kemajuan teknologi modern adalah salah satu faktor yang turut menunjang keberhasilan pendidikan. Peranan teknologi sangat berpengaruh pada proses penyampaian pesan terutama dalam proses pendidikan. Media merupakan alat perantara untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media dapat berfungsi untuk memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan minat belajar siswa. Terdapat dua macam pembelajaran berbasis komputer yaitu Computer Assisted Instruction (CAI) dan Computer Managed Instruction (CMI). Dalam CAI, siswa berinteraksi langsung dengan komputer sedangkan CMI membantu guru dalam mengadministrasi proses pembalajaran dan siswa tidak berinteraksi langsung dengan komputer.


Pendidikan berkembang sejalan dengan peradaban manusia modern. Kegiatan belajar dan mengajar adalah bagian yang amat penting dari proses pendidikan. Tata cara atau metode belajar dan mengajar amat menentukan hasil pendidikan. Manusia secara terus menerus memperbaiki metode belajar dan mengajar. Mungkin, metode belajar dan mengajar ini sudah dikembangkan ribuan tahun yang lalu. Dari yang sederhana, dengan menggunakan media tulis yang terbuat dari batu smapai kepada bentuk yang ada pada saat ini. Dimanfaatkannya papan tulis pada pertengahan abad ke Sembilan belas, dianggap sebagai awal dari bangkitnya metode pendidikan modern. Penggunaan radio pada awal abad ke dua puluh untuk membantu proses belajar mengajar merupakan langkah maju selanjutnya. Televisi kemudian memberikan kemungkinan baru dalam dunia pendidikan.







BAB II
PEMBAHASAN


2.1   Pengertian
Pemanfaatan komputer dalam pendidikan dikenal dengan pembelajaran dengan bantuan komputer (CAI). CAI (Computer Assisted Instruction) adalah suatu sistem penyampaian materi pelajaran yang berbasis mikroposesor yang pelajarannya dirancang dan diprogram ke dalam sistem tersebut. Dalam mode ini,  komputer  bisa  menampilkan  pembelajaran,  menggunakan berbagai  jenis  media (teks, gambar, suara, video),  menyediakan aktivitas dasuasana pembelajaran, kuiatau dengan menyediakan interaksi dari siswa, mengevaluasi jawaban  siswa, menyediakan umpan balik  dan menentukan aktivitas tindak lanjut yang sesuai sehingga siswa dapat berinteraksi secara aktif.

Menurut Alessi (1985: 120) bahwa program CAI yang baik haruslah meliputi empat aktivitas:
a.         Informasi (materi pelajaran) harus diberikan atau ketrampilan (skill) diberikan model
b.        Siswa harus diarahkan
c.         Siswa diberi latihan-latihan
d.         Pencapaian belajar siswa harus dinilai.

         Beberapa aspek yang perlu ada dalam program CAI adalah:
a.         Umpan balik yang segera (Chanond, 1988: 15)
b.         Interaksi antara siswa dan program (Gagne, 1981: 17)
c.          Pendahuluan dan tujuan yang jelas (Kozma, 1982: 261)
d.         Contoh dan demonstrasi (Emmer & Sanford, 1981: 50)
e.         Petunjuk yang jelas dan tugas-tugas (Lilie dkk, 1989: 67).





2.2   Tipe-Tipe atau Jenis CAI
Ada lima tipe CAI yang sering dipergunakan ( Patterson, Strickland, 1986) yaitu  :
a.    Drill and Practice (Latihan dan Praktek) 
Tipe Drill and Practice menyajikan materi pelajaran untuk dipelajari secara berulang. Tipe program ini adalah cocok dipergunakan sewaktu pengajar menyajikan latihan soal dengan disertai umpan balik. Tipe perangkat lunak ini sering kali dipergunakan untuk menambah pelajaran pada bidang matematika atau faktual. Selama pelaksanaan latihan-latihan soal pada Drill and Practice, komputer dapat menyimpan jawaban yang salah, laporan nilai, contoh jawaban yang salah dan pengulangan dengan contoh-contoh masalah yang telah dijawab secara tidak benar.

b.  Tutorial
Tipe Tutorial ini menyajikan materi yang telah diajarkan atau menyajikan materi baru yang akan dipelajari. Pada program ini memberi kesempatan untuk menambahkan materi pelajaran yang telah dipelajari ataupun yang belum dipelajari sesuai dengan kurikulum yang ada. Tutorial yang baik adalah memberikan layar bantuan untuk memberikan keterangan selanjutnya atau ilustrasi selanjutnya. Dan juga untuk menerangkan segala informasi untuk menyajikan dan bagaimana menyajikannya. Ketika kita mengevaluasi Tutorial, kita perlu untuk mengevaluasi jika Tutorial tidak hanya menyajikan informasi tapi juga harus menerangkan jawaban-jawaban yang salah. Sewaktu program ini menerangkan jawaban- jawaban yang salah, program ini harus mempunyai kemampuan untuk melanjutkan pelajaran dari poin dengan memberi umpan balik pada informasi yang salah dimengerti sebelum melanjutkan ke informasi baru.

c. Simulation (simulasi)
Tipe simulasi memberikan kesempatan untuk menguji kemampuan pada aplikasi nyata dengan menciptakan situasi yang mengikutsertakan siswa-siswa untuk bertindak pada situasi tersebut. Simulasi dipergunakan untuk mengajar pengetahuan prosedural seperti belajar bagaimana untuk menerbangkan pesawat atau mengemudikan mobil. Program simulasi yang baik dapat memberikan suatu lingkungan untuk situasi praktek yang tidak mungkin dapat dilakukan di ruang kelas atau mengurangi resiko kecelakaan pada lingkungan sebenarnya.

d. Problem Solving (Memecahkan Masalah)
Tipe Problem Solving menyajikan masalah-masalah untuk siswa untuk menyelesaikannya berdasarkan kemampuan yang telah mereka peroleh. Program ini memberikan aplikasi dasar strategi pemecahan masalah, analisis akhir, mencari ruang permasalahan, dan inkubasi Program ini akan membantu siswa untuk menciptakan dan mengembangkan strategi pemecahan masalah mereka.

e. Instructional/ Educational Games
Tipe Instructional atau Educational Games merupakan program yang menciptakan kemampuan pada lingkungan permainan. Permainan diberikan sebagai alat untuk memotivasi dan membuat siswa untuk melalui prosedur permainan secara teliti untuk mengembangkan kemampuan mereka.


2.3  System  CAI  Yang   Terkemuka
Banyak perusahaan pembuat komputer yang bersaing dalam memper
ebutkan pasaran didunia pendidikan. Di samping itu, perusahaan perangkat lunak, juga berusaha mengambil manfaat dari demam komputer di bidang pendidikan. Dua system CAI yang amat terkenal di AS adalah PLATO dan TICCIT.

Ø PLATO
Plato sudah dimanfaatkan di University of Illinois, sejak tahun 1959. Pengembangannya dibiayai oleh NFS (National Science Foundation, Departemen Pendidika
n, beberapa perusahaan dan organisasi-organisasi yang berminat dan bergerak dalam bidang pendidikan.
PLATO mungkin merupakan system CAI yang terbesar di dunia. Rancangan aslinya didasarkan kepada perangkat keras mesin besar dengan banayak terminal, dimana para pekerja memanfaatkan masing-masing terminalnya untuk materi yang telah dipelajari. Terminal baku PLATO memiliki kemampuan sentuhan sensitive (touch sensitive) dan papan bilah (keyboard), disamping alat bantu lainnya seperti pembaca optis (optical scanner), disk video, dan unit pencetak. System dirancang untuk digunakan dalam berbagai jenis aplikasi seperti latin dan praktek, penjelasn dan simulasi. Dengan adanya fasilitas sentuhan sensitive, PLATO dapat digunakan
      oleh anak” yang belum mampu membaca dengan baik.
System PLATO pada umumnya terdiri dari satu komputer besar CDC dihunbungkan dengan jalur komunikasi ke terminal-terminal jarak jauh. System semacam itu dapat melayani sampai dengan 32 lokasi berbeda, masing-masing dengan 32 buah terminal. Jalur komunikasi dapat berupa satelit, kawat khusus, atau pun saluran telepon biasa. System ini mampu untuk melayani sejumlah besar siswa diberbagai tempat sekaligus, dengan materi ajaran dan tingkat kesulitan yang
berbeda-beda.
Perangkat lunak PLATO dirancang untuk bantuan bahasa pemrograman TUTOR. Perangkata lunak dipersiapkan oleh sebuah regu perancang dalam waktu yag lama. Pengajaran, meliputi penjelasan materi-materi ajaran yang baru, waktu latihan, ujian, hasil belajar, dan rekomendasi.

Ø TICCIT
TICCIT adalah singkatan dari Time-shared Inretactive Computer Controlled Information Television. Pengembangannya dimulai pada tahun 1971 diperusahaan MITRE, dengan dibiayai oleh
   National          Science     Foundation.              Beberapa      ciri            khas          dari TICCIT :
1. Dirancang agar semua jenis perangkat lunak dari bermacam-macam aplikasi dapat diterapkan secara
     terpadu.
2. Tidak dirancang untuk latih dan praktek, tapi lebih ke bentuk penjelasan (tutorial)
3. Memungkinkan pemakai untuk lebih berinisiatif dibandingkan dengan system CAI lainnya.
Setiap unit belajar TICCIT dilengkapi dengan sebuah telivisi berwarna papan bilah (keyboard) khusus, alat pendengar (earphone), tempat belajar dan buku catatan.
TICCIT sebenarnya dirancang untuk mahasiswa tingkat pemula. Banyak jenis aplikasi yang ditujukam bagi para remaja dan orang dewasa. Hak penjualan dan penyebaran TICCIT dikendalikan oleh perusahaan Hazeltine. Suatu cara belajar dengan TICCIT pada umumnya diberikan dengan beberapa kali peragaan pada layar televisi.



2.4 Pengertian E-Learning
Pengertian e-learning ada berbagai macam, dan perbedaan pengertian umumnya terfokus pada cakupan media atau teknologinya. E-learning menurut Gilbert & Jones (Herman Dwi Surjono, 2007) adalah suatu pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik, seperti internet, intranet/extranet, satelite broadcast, audio/video, TV interaktif, CD-ROM dan computer based training (CBT). E-learning juga diartikan sebagai seluruh pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN atau Internet) untuk membantu interaksi dan penyampaian materi selama proses pembelajaran (Jaya Kumar, 2006). Urdan dan Weggen menyatakan e-learning sebagai suatu pengiriman materi melalui semua media elektronik, termasuk internet, intranet, siaran radio satelit, alat perekam audio/video, TV interaktif, dan CD-ROM (Anderson, 2005).
Pengertian e-learning berbeda dengan pembelajaran secara online (online learning) dan pembelajaran jarak jauh (distance learning). Online learning merupakan bagian dari e-learning, hal ini seperti yang dinyatakan oleh Australian National Training Authority (2003) bahwa e-learning merupakan suatu konsep yang lebih luas dibandingkan online learning, yaitu meliputi suatu rangkaian aplikasi dan proses-proses yang menggunakan semua media elektronik untuk membuat pelatihan dan pendidikan vokasional menjadi lebih fleksibel. Online learning merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan internet, intranet dan ekstranet, atau pembelajaran yang menggunakan jaringan komputer yang terhubung secara langsung dan luas cakupannya (global). Sedangkan distance learning, cakupannya lebih luas dibandingkan e-learning, yaitu tidak hanya melalui media elektronik tetapi bisa juga menggunakan media non-elektronik. Distance learning lebih menekankan pada ketidakhadiran pendidik pada setiap waktu.


Penerapan E-learning
Penerapan e-learning banyak variasinya, karena perkembangannya yang relatif masih baru. Herman Dwi Surjono (2007 : 1), menekankan penerapan e-learning pada pembelajaran secara online dan dibagi menjadi dua yaitu sederhana dan terpadu. Penerapan e-learning yang sederhana hanya berupa kumpulan bahan pembelajaran yang dimasukkan ke dalam web server dan ditambah dengan forum komunikasi melalui e-mail dan atau mailing list (milist). Penerapan terpadu yaitu berisi berbagai bahan pembelajaran yang dilengkapi dengan multimedia dan dipadukan dengan sistem informasi akademik, evaluasi, komunikasi, diskusi, dan berbagai sarana pendidikan lain, sehingga menjadi portal e-learning. Pembagian tersebut di atas berdasarkan pada pengamatan dari berbagai sistem pembelajaran berbasis web yang ada di internet. Nedelko (2008), menyatakan ada tiga jenis format penerapan e-learning, yaitu:
1. Web Supported e-learning, yaitu pembelajaran tetap dilakukan secara tatap muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi rangkuman tujuan pemebelajaran, materi pembelajaran, tugas, dan tes singkat
2. Blended or mixed mode e-learning, yaitu sebagaian proses pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan sebagian lagi dilakukan secara online

3. Fully online e-learning format, yaitu seluruh proses pembelajaran dilakukan secara online termasuk tatap muka antara pendidik dan peserta didika juga dilakukan secara online yaitu dengan menggunakan teleconference
Pada penjabaran di atas, penerapan e-learning lebih banyak dimaknai sebagai pembelajaran menggunakan teknologi jaringan (net) atau secara online. Hal ini berkaitan dengan perkembangan TIK yang mengarah teknologi online. TIK saat ini, lebih difokuskan untuk pengembangan networking (jaringan) yang memungkinkan untuk mengirim, memperbaharui, dan berbagi informasi secara cepat. Namun, pada sekolah-sekolah di Indonesia, khususnya Sekolah Standar Nasional (SSN) dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), e-learning dapat dimulai dengan menggunakan media pembelajaran elektronik untuk mendukung pembelajarannya.
Keberhasilan penerapan dari e-learning bergantung pada beberapa faktor antara lain teknologi, materi pembelajaran dan karakteristik dari peserta didik. Teknologi merupakan faktor pertama yang mempunyai peran penting di dalam penerapan e-learning, karena jika teknologi tidak mendukung maka sangat sulit untuk menerapkan e-learning, minimal sekolah mempunyai komputer. Materi pembelajaran juga harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, dijabarkan secara jelas atau diberikan link ataupun petunjuk sumber pembelajaran yang lain. Karaktersitik peserta didik juga sangat dibutuhkan karena nilai utama di dalam e-learning adalah kemandirian.
E-learning sangat berbeda dengan pembelajaran secara tradisional. Pada pembelajaran tradisional, peran pendidik masih cukup dominan, sedangkan pada e-learning peserta pendidik harus mempunyai kesadaran untuk belajar secara aktif dan mandiri. Nedelko (2008), menjelaskan beberapa karakteristik peserta didik yang dapat mempengaruhi dari keberhasilan e-learning:
1. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan komputer dan TIK lainnya, karena e-learning didukung oleh penggunaan komputer dan peralatan TIK.
2. Motivasi untuk belajar, peserta didik harus mempunyai kesadaran untuk mempelajari bahan dan materi yang telah diberikan guru, bukan hanya belajar ketika di kelas saja
3. Disiplin, peserta didik harus disiplin untuk belajar, mengerjakan tugas, dan menentukan waktu dan tempat untuk belajar.
4. Mandiri, kemandirian peserta didik mutlak diperlukan di dalam e-learning, karena tidak setiap saat antara peserta didik dan pendidik dapat bertatap muka. Pembelajaran tatap muka lebih bersifat sebagai diskusi antara peserta didik dengan pendidik, bukan sebagai transfer pengetahuan saja
5. Mempunyai ketertarikan terhadap e-literatur, karena hampir semua materi pembelajaran disajikan secara online ataupun melalui media elektronik.
6. Dapat belajar secara sendirian (felling isolation), peserta didik yang ketika belajar harus secara berkelompok atau ada teman akan merasa kesulitan dengn e-learning
7. Mempunyai kemampuan kognitif yang cukup tinggi, peserta didik yang mengikuti e-learning hendaknya mempunyai kemampuan kognitif tingkat sintesis dan evaluasi, hal ini dapat untuk mengatasi permasalahan ketidakintesifan pendampingan pendidik dan teman sebayanya.
8. Mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah, peserta didik yang dapat memecahkan masalah secara mandiri akan lebih mudah mengikuti e-learning.





Kelebihan dan Kekurangan dari E-learning
Tidak ada satupun model pembelajaran yang sempurna. Seperti halnya e-learning juga mempunyai kelebihan dan kekurangan di dalam penerapannya. Kelebihan dari e-learning antara lain:
1. Mengurangi biaya, walaupun pada awal pemasangan infrastruktur e-learning yaitu jaringan internet agak mahal, tetapi selanjutnya akan mengurangi biaya akomodasi karena informasi didapatkan dari berbagai tempat tanpa harus datang ketempat tersebut.
2. Pesan/ isi e-learning dapat tetap (konsisten), dan juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
3. Materi pembelajaran lebih up to date dan dapat diandalkan. E-learning yang berbasis internet (web) dapat memperbaharui materi secara cepat, sehingga membuat informasi lebih akurat dan berguna untuk jangka waktu tertentu
4. Pembelajaran 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu. Pendidik dan peserta didik dapat mengakses kapan saja dan dimana saja.
5. Universal, setiap orang dapat melihat atau menerima materi yang sama dan dengan cara yang sama
6. Membangun komunitas, e-learning memungkinkan peserta didik maupun pendidik membangun sebuah komunitas yang berkelanjutan, untuk saling berbagi pengetahuan selama dan setelah pembelajaran.

7. Daya tampung yang besar, e-learning tidak hanya dapat menampung 10 sampai 100 partisipan, tetapi juga dapat menampung ribuan partisipan.
Kelemahan dari e-learning lebih banyak dipengaruhi oleh faktor peserta didik dan pendidik. Kelemahan e-learning yang dirasakan oleh pendidik umumnya adalah memerlukan waktu yang banyak untuk mempersiapkan materi pembelajaran serta memperbaharui materi pembelajaran yang telah disajikan di dalam media elektronik. Adapun kelemahan e-learning dipandang dari segi peserta didik antara lain:
1. Merasa kesepian, peserta didik dapat merasa kesepian karena tidak adanya interaksi fisik dengan pendidik dan teman-temannya, terutama untuk model fully online e-learning format
2. Keterampilan menggunakan peralatan ICT, peserta pendidik yang tidak terampil menggunakan peralatan ICT, akan kesulitan dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil akhir pembelajaran
3. Peserta pendidik yang tidak disiplin dan mempunyai motivasi untuk belajar akan sulit mengikuti tahap-tahap proses pembelajaran
4. Ada beberapa konsep-konsep pembelajaran yang sulit untuk dimodelkan atau dipelajari tanpa bimbingan pendidik, misalnya konsep Redoks dan Stokiometri
5. Adanya permasalahan saat menentukan format evaluasi yang tepat berhasil atau tidaknya peserta pendidik di dalam mengikuti pembelajaran secara e-learning

Terlepas dari kekurangannya, e-learning merupakan suatu model pembelajaran yang hendaknya diterapkan di sekolah-sekolah baik tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA). E-learning merupakan suatu jalan untuk mengintegrasikan perkembangan TIK di dalam pembelajaran. Selain untuk meningkatkan soft skill peserta pendidik di dalam bidang teknologi, e-learning juga dapat meningkatkan kemandirian dan peran aktif peserta pendidik di dalam proses pembelajaran. Terutama untuk SBI, kemampuan pendidik untuk menerapkan e-learning merupakan salah satu cara untuk mewujudkan tujuan dari SBI yaitu lulusan yang mampu bersaing dengan lulusan dari negara-negara maju. Namun, penerapan e-learning bukan berarti menggantikan peran pendidik dan proses tatap muka di dalam pembelajaran, e-learning merupakan suatu variasi model ataupun metode di dalam proses pembelajaran.  

2.5 Isu   dan  Masalah
Apakah benar komputer meningkatkan kemampuan belajar? Atau apakah komputer akan mendorong manusia mengabaikan lingkup sosialnya? Salah seorang kritikus terkemuka adalah Anthony oettinger dari universitas Harvard, beliau berpendapat bahwa CAI masih terlalu dini untuk di masyarakat, belum diuji dengan baik, asumsi rancangan yang tidak realistis dan banyak sistem CAI hanya memindahkan isi buku ke komputer, tanpa pengarahan yang memadai. Beliau tidak membantah bahwa komputer akan mampu menunjang pendidikan.
Dari hasil survey CAI, ditemukan beberapa fakta,walau belum merupakan kesepakatan CAI terbukti tidak selalu meningkatkan kemampuan belajar siswa, juga diketemukan fakta bahwa untuk siswa yang lemah,CAI cenderung memudahkan masalah, sehingga siswa mendapatkan nilai prestasi yang tinggi. Murahnya harga komputer bukan merupakan satu-satunya alas an untuk memasukkan pemanfaatan komputer didalam pendidikan,khususnya sebagai pengganti pengajar. Para ahli komputer dan ahli pendidikan belum menemukan cara belajar yang tepat dengan bantuan komputer, tanggapan masyarakat masih belum konklusif, cendrung saling bertentangan.




























BAB III
PENUTUP



3.1   Kesimpulan
CAI (Computer Assisted Instruction) adalah Pembelajaran  dengan menggunakan bantuan komputer dengan tipe : drill and practice, tutorial, simulasi, problem solving, intuructional. CAI sangat efektif dan efisien bila dibanding dengan pendekatan pengajaran tradisional. Untuk memperoleh efektifitas yang tinggi, pengembangan suatu CAI perlu perencanaan yang baik dan matang.

3.2  Saran
Pembuatan CAI harus direncanakan dengan baik dan matang. usaha penelitian saat ini sebaiknya difokuskan pada pemakaian CAI untuk situasi khusus dan untuk mata pelajaran khusus pula.
















DAFTAR PUSTAKA



Arsy ad,  Azhar.  2007.  MediPembelajaranJakarta  :  PT.RajaGrafindo Persad a.
Newby , T. J., Step ich, D. A., Lehman, J. D., & Russel J. D.2006.  Educationa l     Technology    for    Teaching
and  Learning. Upp er Saddle River, NJ : Pearson M errill Prentice Hall.
Alessi, S.M. dan Trollip, S.R. (1985). Computer-based Instruction: Method and Development. Englewood
Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Kulik, J., Kulik, C.dan Cohen, P. (1980). “Effectiveness  of   computer-based   college   teaching: A meta-
analysis of findings”. Review of Educational Research. 50(1), 525-544.
Surjono, H. (1995). Pengembangan Computer-Assisted Instruction (CAI) Untuk  Pelajaran   Elektronika.  Jurnal Kependidikan. No. 2 (XXV): 95-106. (online) (http://eprints.uny.ac.id/95/1/Pengembangan
_Program_CAI_herman_1995.pdf, diakses pada 6 Maret 2011)
Nurdiasmanto, Ruben. 2009. Tipe  Computer  Assisted  Instruction  (CAI). (Online),( http://tif.uad.ac.id
/forum/index .php?topic=655.0, diakses pada tanggal 06 Maret 2011)

Anderson, Jonathan. (2005). IT, e-learning, and teacher development. International Education Journal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar